CEO Twitter: Drop Out Tapi Hartanya Rp 33 Triliun
|Pertumbuhan bisnis yang lambat memaksa Dick Costolo angkat kaki dari kursi CEO Twitter. Jack Dorsey, salah satu pengagas Twitter, langsung mengambil alih dan menjadi CEO Twitter meski hanya untuk sementara sembari mencari pengganti permanen.
Dorsey, seperti beberapa dedengkot dunia teknologi semacam Bill Gates, Steve Jobs dan Mark Zuckerberg, tak pernah tamat kuliah. Tapi berkat Twitter dan bisnis lainnya, Dorsey kini diperkirakan berharta USD 2,5 miliar atau di kisaran Rp 33 triliun. Simak kisah Dorsey yang menarik berikut ini.
Gemar Komputer Sejak Kecil
Barangkali, salah satu ciri umum para pentolan di dunia teknologi adalah gemar mengutak-atik komputer sejak masa kecil. Demikian juga dengan Jack Dorsey.
Ia lahir pada 19 November 1976 di St Louis, Missouri, Amerika Serikat. Dorsey mengaku sudah diperkenalkan pada komputer sejak usia 8 tahun sehingga sudah akrab dengan teknologi saat masih belia, bahkan bisa dibilang dari kecil sudah jadi ‘kutu’ komputer.
Pada usia 13 tahun saat menempuh masa SMA, dia mulai melakukan pemrograman. Dua tahun kemudian, dia berhasil menciptakan sebuah software open source untuk mengatur komunikasi taksi yang masih digunakan hingga saat ini.
Dorsey kuliah di Missouri University of Science & Technology, kemudian pindah ke New York University. Dia tak sempat menyelesaikan kuliahnya. Dorsey memilih pindah ke Oakland, California pada tahun 2000. Dia mendirikan perusahaan yang menawarkan software ciptaannya melalui internet.
Cikal Bakal Twitter
Pada suatu hari, Dorsey mendapat ide untuk menciptakan sebuah website yang mewadahi komunikasi singkat secara real time. Yakin idenya bagus, dia mendekati sebuah perusahaan bernama Odeo untuk menawarkan konsepnya.
“Dia datang kepada kami dengan ide bagaimana jika kita bisa berbagi pesan dengan teman secara mudah?,” kata Biz Stone, mantan eksekutif Odeo.
Dorsey, Stone dan pendiri Odeo, Evan Williams, akhirnya memutuskan mendirikan perusahaan baru bernama Obvious. Perusahaan ini kemudian berubah namanya menjadi Twitter.
Dalam waktu 2 minggu, Dorsey berhasil membuat website prototipe yang sederhana di mana user bisa memposting pesan dalam 140 karakter. Inilah cikal bakal situs Twitter yang kita kenal sekarang.
Pada tanggal 21 Maret 2006, Jack Dorsey memposting Twitter pertama di dunia. “Just setting up my twttr”, tulis Dorsey.
Memang Twitter sempat bernama twttr sebelum dirubah ke namanya yang sekarang. Dorsey pun ditunjuk sebagai CEO pertama Twitter. Tahun 2009, posisi CEO digantikan oleh Evan Williams. Kemudian Dick Costolo menjadi suksesor WIlliams sebelum sekarang lengser dan kembali Dorsey menjadi CEO Twitter.
Twitter digemari dan mulai melesat antara tahun 2009 sampai tahun 2010. Sebanyak 100 juta user baru Twitter bergabung di tahun 2010. Pada tahun 2012, popularitasnya makin tidak terbendung.
Namun Dorsey percaya Twitter akan lebih berjaya lagi. “Saya kira Twitter adalah sebuah kesuksesan bagi kami ketika orang berhenti membicarakannya dan menggunakannya seperti memakai listrik,” kata Dorsey suatu ketika.
Kaya Raya & Pacar Supermodel
Dorsey pun berlimpah harta Pertengahan tahun 2012, Dorsey membeli sebuah rumah sangat mewah yang berlokasi di teluk San Francisco. Kabarnya, rumah itu seharga USD 9,9 juta atau sekitar Rp 90 miliar.
Rumah mewah ini tersembunyi di atas tebing berbatu di atas ketinggian eluk San Francisco. Saking nyaris tidak terlihatnya, media teknologi AS sampai berkelakar menyebut rumah ini cocok dijadikan sebagai tempat persembunyian musuh James Bond.
Dengan harga fantastis, mansion Dorsey ini memiliki atap kaca dan pemandangan langsung menghadap ke Jembatan Golden Gate.
Jack juga kerap berwisata menggunakan kapal mewah. Belum lama ini, dia berwisata dengan kapal yang bertarif USD 240 ribu per minggu.
Selain di Twitter, Dorsey memang punya perusahaan mobile payment bernama Square yang menambah pundi-pundi uangnya. Ia juga berinvestasi di FourSquare.
Di usia 36 tahun, Dorsey memang belum menikah. Namun ia diketahui pernah punya pacar seorang supermodel asal Inggris bernama Lily Cole. Tapi sepertinya, hubungan mereka saat ini sudah kandas.
Kini tugas berat menanti Dorsey untuk mengembalikan kejayaan Twitter yang melambat pertumbuhan bisnis ataupun penggunanya. Meski tak berniat memegang jabatan itu lama-lama, patut disimak apa strategi Dorsey membangkitkan Twitter.