Ditawar Microsoft Rp 92,5 Triliun, BlackBerry: Masih Kurang Mahal

BlackBerry kabarnya ditawar Microsoft dengan angka USD 7 miliar atau setara Rp 92,5 triliun. Namun angka itu dinilai masih terlalu kecil oleh perusahaan asal Kanada tersebut.

Bukan kali ini saja BlackBerry mendapat penawaran. Meskipun perusahaan ini sedang tidak di puncak performanya, namun peminatnya tetap banyak. Mulai dari Samsung, Lenovo, Xiaomi, Huawei, dan terakhir Microsoft.

Mengenai kabar terbaru tentang penawaran itu, Managing Director BlackBerry Indonesia, Sofran Irchamni mengatakan jika perusahaannya memang cukup menarik perhatian pesaing.

“Namun yang pasti bukan karena bisnis perangkatnya karena mereka masing-masing sudah punya handset sendiri. Melainkan, lebih kepada keunggulan keamanan yang dimiliki oleh BlackBerry,” ujarnya di Hotel Intercontinental, Jakarta.

Faktor keamanan inilah yang menurutnya belum dimiliki oleh para kompetitornya. Apalagi kata Sofran, cuma BlackBerry yang mendapat persetujuan dari Departemen Pertahanan di Amerika Serikat dan Jerman untuk digunakan oleh Presiden Barrack Obama dan Kanselir Angela Merkel.

“Kalau mulai dilirik berarti ada sesuatu yang menarik. Kami tidak tahu itu akan terjadi tahun ini, tahun depan, atau tidak dijual sama sekali. Kami tidak tahu. Mungkin karena mereka mau menguasai software atau security yang dimiliki oleh BlackBerry. Kalau soal handset, mereka semua bisa membuatnya,” ujarnya di sela acara BES 12.

Sofran menyakini bahwa perusahannya ini tidak akan mudah dicaplok oleh perusahaan lainnya. Sebab, sekarang BlackBerry sedang dalam masa-masa keemasan di sektor enterpise

Diketahui, BlackBerry yang memfokuskan diri pada bisnis enteprise ini memiliki solusi keamanan bagi korporasi melalui BlackBerry Enterprise Services (BES). Selain itu juga, mereka terbilang rajin dalam mengakuisisi perusahaan keamanan, seperti SecuSmart hingga yang terbaru WatchDox.

“Kami yakin solusi enterprise kami ini mempunyai potensi yang kalau dikembangkan, maka harganya akan lebih tinggi dari yang ditawarkan. Mungkin sekarang belum kelihatan, tapi tahun depan bisa saja harganya lebih tinggi. Bahkan bisa dua sampai tiga kali lipat dari yang ditawarkan Microsoft,” tuturnya.

BlackBerry selain fokus ke bisnis enterprise juga mengubah skenarionya di bisnis handset. Salah satunya adalah dengan mulai meninggalkan segmen low-end dan fokus menghadirkan smartphone premium di atas Rp 3 juta untuk segmen menengah atas.

“Kami juga fokus mengembangkan bisnis BBM yang mulai menghasilkan setelah dilepas ke platform lain. BBM di Indonesia berhasil kami monetisisasi dari iklan feed dan sticker,” pungkas Sofran optimistis.

sumber : detiknet